Selasa, 23 Juni 2009

PSP (Paralytic Shellfish Poisonning)

         Bloom algae adalah pertumbuhan alga yang super cepat sehingga jumlahnya sangat berlimpah menutup permukaan laut. Blooming algae atau harmfull algal bloom ini memungkinkan jika nutrisi atau zat hara disekitar perairan melimpah dan sinar matahari cukup menghangatkan perairan. Akibatnya, kista yang berada di dasar laut akan mengalami proses percambahan (germination) dan pecah menjadi sel-sel algae yang keluar dan menyebar. Sinar matahari akan mempercepat proses pembelahan sel menjadi sejuta kali dalam waktu dua sampai tiga minggu. Jika algae ini memiliki pigmen warna merah maka limpahan algae yang mengambang di permukaan laut ini akan mewarnai perairan menjadi merah sehingga fenomena ini disebut Red Tide. Red tide dapat menyebabkan terjadinya Paralytic Shellfish Poisoning (PSP). PSP merupakan penyakit yang timbul akibat kejadian alga blooming yang beracun.
         Senyawa toksik utama dari paralytic shellfish poison adalah saxitoxin yang bersifat neurotoxin (racun yang menyerang system saraf). Keracunan ini disebabkan karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang memakan dinoflagelata yang beracun. Dinoflagelata sebagai agen saxitoxin dimana zat terkonsentrasi di dalamnya. Kerang-kerangan menjadi beracun disaat kondisi lingkungan sedang melimpah dinoflagelata yang beracun yang disebut pasang merah atau ‘red tide’.
         Di Jepang bagian selatan ditemukan spesies kepiting (Zosimus aeneus) yang mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin dan telah dilaporkan menyebabkan kematian pada manusia yang mengkonsumsinya.
         Jika dilihat dari sifat kimianya, saxitoxin bersifat larut dalam air dan methil alkohol, sedikit larut dalam ethyl alkohol dan asam asetat tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Saxitoxin dapat dihidrolisis dengan asam, stabil terhadap panas dan tidak rusak dengan proses pemasakan (Wogan & Marleta, 1985). Saxitoxin memiliki rumus kimia C10H17N7O3.2HCl.
         Kerja dari saxitoxins adalah mengikat dan menghambat voltage-dependent sodium channels serta menghambat aktivitas neuron dan mempengaruhi sistem saraf peripheral. Gejala utama dari keracunan saxitoxin adalah kelumpuhan (paralysis) pada otot,selain otot jantung. Penderita mula-mula akan merasakan kesemutan dan menimbulkan gejala seperti rasa terbakar pada lidah, bibir, dan mulut yang selanjutnya merambat ke leher, lengan, dan kaki. Gejala selanjutnya terasa pada ujung jari tangan dan kaki yang nyeri seperti ditusuk-tusuk, pusing, mual, muntah, dan kejang pada otot perut, kesukaran bernafas dan akhirnya berhenti bernafas, tetapi jantung masih tetap berdenyut. Kemudian berlanjut menjadi mati rasa sehingga gerakan menjadi sulit. Dalam kasus yang hebat diikuti oleh perasaan melayang-layang, mengeluarkan air liur, pusing dan muntah. Toksin memblokir susunan saraf pusat, menurunkan fungsi pusat pengatur pernafasan dan cardiovasculer di otak, dan kematian biasanya disebabkan karena kerusakan pada sistem pernafasan. Bila tidak ditolong maka penderita akan meninggal dalam waktu 24 jam. Pertolongan hanya dapat dilakukan dengan cara menguras isi perut dan memberikan pernafasan buatan.
          Manusia, burung, dan ikan dapat terinfeksi toxin PSP. Dosis fatal saxitoxin pada manusia adalah 1-4 mg, bergantung umur dan kondisi fisik pasien. Toxin ini akan menyerang sistem saraf dan pencernaan, dan gejala yang muncul terjadi dalam waktu 30 menit hingga 3 jam.
          Saxitoxin menyebabkan kematian pada tikus percobaan dalam waktu 15 menit. Tanda dan gejala berkembang cepat dalam waktu 1-2 jam setelah mengkonsumsinya.
          LD50 saxitoxin adalah 9 ug/kg berat badan tikus, sementara dosis mematikan untuk manusia adalah sekitar 1 – 4 mg. Sebagai control terhadap pemasaran jenis kerang-kerang didasarkan pada acuan yang dianjurkan oleh WHO yaitu bagian yang dapat dimakan dari kerang-kerangan mengandung 3 MU/g toksin PSP. Di Jepang jenis kerang-kerang komersial toksisitasnya selalu dimonitor secara periodik untuk mencegah keracunan.
          Beberapa cara pengolahan yang sudah dilakukan untuk mengurangi racun saxitoxin :
1. Jay (1978) : toksin saxitoxin dapat diturun dengan pemanasan di atas 100°C.
2. Stewart (1978) : ozon dapat menurunkan keracunan saxitoxin pada kerang-kerangan yang terkontaminasi racun tersebut, demikian pula perlakuan panas dapat menurunkan daya racun di dalam kerang-kerangan.
3. Noguchi et al. (1980) : menurunnya toksisistas pada remis Patinopecten yessoensin terjadi selama proses “retorting” dan pada toksin yang tersisa terjadi penurunan kadar nya selama proses penyimpan.
4. Nagashima et al. (1991) : kadar toksin saxitoxin menurun dengan semakin lamanya waktu pemanasan. Semakin tinggi suhu pemanasan maka waktu yang diperlukan untuk mengurangi kadar toksin semakin cepat. Pemanasan pada suhu 100°C selama 30 menit atau 60 menit, kandungan toksin meningkat dari 15 MU/gr homogenate menjadi 30 MU/gr homogenate, tetapi menurun secara linier pada waktu pemanasan selanjutnya. Pola perubahan yang sama terhadap kadar toksin terjadi pada pemanasan 110 dan 120°C. Pada pemanasan suhu 110 dan 120°C terlihat pola perubahan toksisitas lebih cepat dari pada pemanasan suhu 100°C.
           Seseorang yang mengonsumsi kerang yang mengandung algae jenis Alexandrium sp, dapat terkena kanker hati paralytic shellfish poisoning (PSP). Jenis racunnya disebut saxitoxin. Berdasarkan penelitian yang pernah diterapkan pada tikus, racun saxitoxin berdaya bunuh 1.100 kali dibandingkan sianida, sedangkan bisa ular kobra "hanya" berdaya bunuh 500 kali.
           Jenis Pyrrophyta lain yang memproduksi saxitoxin adalah Alexandrium catenella, Alexandrium tamarensis, Alexandrium minutum, Gymnodium catenatum, Pyrodinium bahamense, dan Gonyaulax.

Rabu, 06 Mei 2009

Kebudayaan dan WNI

Kebudayaan merupakan kerangka acuan perilaku bagi masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, dll) yang berpengaruh sebagai kerangka untuk membentuk pandangan hidup manusia yang relatif menetap dan dapat dilihat dari pilihan warga budaya itu untuk menentukan sikapnya terhadap berbagai gejala dan peristiwa kehidupan.

Keanekaragaman budaya suatu bangsa harus dihargai dan dilestarikan. Dalam konteks Indonesia, keanekaragaman budaya justru merupakan identitas bangsa dan dapat menjadi kekuatan bangsa. Melestarikan keanekaragaman budaya seharusnya dijadikan sebagai harta hidup yang dapat diperbarui dan menjamin kelangsungan hidup manusia.

Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan kebudayaannya. Kurang lebih 742 bahasa daerah, 33 pakaian adat, dan ratusan tarian adat tercatat dari Sabang sampai Merauke. Kesemuanya itu harus kita hargai dan lestarikan agar dapat terus eksis dan menjadi ciri khas bangsa.

Dalam kaitan dengan keanekaragaman budaya Indonesia, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah menghimpun, mengemas, dan menyebarluaskan informasi budaya yang dapat memacu kesadaran khalayak akan hakikat keanekaragaman yang ada di dalam bangsa ini.

Sasarannya adalah pemahaman yang benar atas kebudayaan yang beranekaragam itu, baik secara horizontal dari suku-suku bangsa ke suku-suku bangsa lainnya, maupun secara dimensi cakupannya dari yang etnik, nasional, dan global.

Sasaran lainnya adalah penumbuhan rasa hormat dan penghargaan kepada pihak-pihak yang berbeda budaya, dan dengan demikian tumbuh kompetensi untuk toleransi. Juga diharapkan munculnya kesadaran memiliki kebudayaan bangsa sendiri (termasuk kebudayaan suku-suku bangsa di dalamnya) yang patut dihargai. Seperti kata pepatah, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dirinya sendiri.”

Turunnya budaya dalam seni tradisional tahap demi tahap mulai menghilang saat era globalisasi yang terus meningkat, itu membuktikan bahwa minimnya kepedulian masyarakat dalam menjunjung tinggi norma-norma kebudayaan.

“Globalisasi adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.” (Krisnaagni, 2002). Mengingat bahwa dunia ditandai oleh pluralitas budaya, maka globalisasi sebagai proses juga menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya sekaligus mewujudkan proses saling mempengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi juga dapat sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap yang lainnya.

Pengaruhnya globalisasi dalam kebudayaan berdampak besar terhadap hilangnya budaya Indonesia, dari segi positif masyarakat pada negara berkembang membutuhkan globalisasi untuk mengetahui kemajuan warga negara lain karena suatu pemahaman dalam pembekalan era globalisasi ke depan, tapi dalam segi negatif pengaruh globalisasi berdampak dalam kehidupan berbudaya pada masyarakat pribumi karena banyaknya informasi dan komunikasi yang didapatkan. Lama kelamaan kebudayaan sendiri akan pudar, bahkan terhapus sama sekali.

Di situlah kewajiban kita sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menjunjung tinggi kebudayaan kita dengan cara tetap menyukai dan melestarikan kebudayaan kita agar tidak punah di negara sendiri. Salah satu kewajiban warga negara adalah turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik. Salah satu caranya adalah tetap menjaga jati diri dan identitas bangsa kita berupa keanekaragaman budaya yang kita miliki.

Menonton film tentang keanekaragaman budaya kita, Indonesia adalah salah satu cara untuk membangkitkan rasa bangga terhadap budaya yang telah kita miliki. Salah satu filmnya berjudul “Wild Indonesia”.

Dimana dalam film tersebut kita akan melihat begitu liarnya alam Indonesia sekaligus betapa beragamnya kebudayaan yang secara unik dimilikinya. Betapa banyak flora dan fauna yang sangat indah yang tidak dimiliki bangsa lain. Juga begitu banyak aneka budaya yang tercipta di bumi Indonesia. Kita mempunyai keindahan alam dan budaya yang tidak dapat dimiliki oleh nagsa lain. Hanya bangsa kita yang punya. Sudah sepatutnya kita berbangga hati terhadap semuanya itu.

Dari hal tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa sudah seharusnya kita bangga dan melestarikan semuanya itu sebagai wujud dari rasa kebanggaan kita agar kebudayaan yang kita punya tidak direbut oleh bangsa lain. Jangan biarkan dampak negatif globalisasi membuat kita kehilangan jati diri kita sebagai warga negara Indonesia.

Jangan biarkan kita menjadi bangsa yang cuma tahu dan bangga terhadap budaya kita. Tapi kita juga sudah selayaknya kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Cintailah karya bangsa sendiri.

Namun ada satu hal yang disayangkan dari film tersebut. Pembuat film “Wild Indonesia” adalah bangsa lain yang sangat mengagumi alam dan budaya bangsa kita. Dari situlah kita harus bercermin kembali mengapa hal tersebut dapat terjadi. Kita sebagai anak bangsa dan penerus bangsa ini sudah seharusnya malu pada diri kita sendiri. Orang lain mengagumi budaya kita sampai mereka membuat film tentang budaya kita itu. Sedangkan bangsa sendiri belum bisa melakukannya. Hal itu harus menjadi tonggak acuan untuk lebih memperkaya diri dan bangsa ini dengan cara melestarikan serta menyebarluaskan budaya kita oleh tangan kita sendiri.

Perbedan DNA dan RNA

1. Komponen penyusun

· Gula pentosa à DNA = deoksiribosa

RNA = ribosa

· Basa nitrogen à DNA = purin (adenin, guanin), pirimidin (timin, sitosin)

RNA = purin (adenin, guanin), pirimidin (urasil, sitosin)

2. Bentuk

DNA = rantai panjang, ganda, dan berpilin (double heliks)

RNA = rantai pendek, tunggal, dan tidak berpilin

3. Letak

DNA = di dalam nukleus, kloroplas, dan mitokondria

RNA =

ü RNAd (RNA duta) di dalam nukleus, dicetak oleh salah satu pita DNA yang berlangsung di dalam nukleus.

ü RNAp (RNA pemindah) atau RNAt (RNA transfer) di dalam sitoplasma.

ü RNAr (RNA ribosom) di dalam ribosom.

4. Peranan

DNA = isi dari RNA

RNA = cetakan bagi DNA

5. Fungsi

DNA = memberikan informasi atau keterangan genetik.

RNA =

ü RNAd menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya dinamakan transkripsi, berlangsung di dalam inti sel.

ü RNAt mengikat asam amino yang ada di sitoplasma.

ü RNAr mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam amino, proses ini berlangsung di ribosom dan hasil akhir berupa polipeptida.

Kamis, 30 April 2009

Chrysophyta

Nama Chrysophyta berasal dari bahasa yunani yaitu Chryos yang berarti emas. Chrysophyta adalah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya.

Ciri-Ciri Umum:
1.
Dinding sel sebagian besar tersusun dari silikat.
2.
Sel terdiri dari 2 bagian, tutup (epitheca) dan wadah (hypotheca), yang pinggir dari tutupnya agak melebihi ukuran pinggiran wadahnya (overlapping).
3.
Pigmen-pigmen terdiri dari chlorophil a, c, b carotene, xanthofil (vialoxanthin, diatixanthin, diadinoxanthin) yang warnanya agak kuning keemasan sehingga sering disebut alga keemasan.
4.
Macam-macam makanan cadangan hampir sama terdiri dari leukosin (karbohidrat) dan minyak (lemak) yang agak kuning warnanya.
5.
Pada umumnya berflagel yang tidak sama panjang dan bentuk sehingga kadang-kadang disebut Heterokontae (alga yang flagelnya tidak sama panjang).

6. Paling berperan sebagai plankton dan merupakan produsen utama di laut.

Habitat

Habitat Chrysophyta biasanya terdapat ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar dan di tanah yang lembab. Untuk xantophyceae hidup di air tawar, air laut dan tanah dan chrysophyceae hidupnya di air laut dan air tawar sedangkan bacillariopphyceae di air laut, di air tawar ataupun pada tanah- tanah yang lembab.

Struktur Tubuh

Bentuk tubuh Chrysophyta kebanyakan bersel satu (uniseluler) dan bersel banyak (multiseluler) dan tubuhnya biasanya berbentuk seperti benang. Pigmen Chrysophyta berwarna keemasan, warna keemasan pada Chrysophyta disebabkan oleh karoten dan xantofil. Di samping itu Chrysophyta mempunyai pigmen fotosintesis termasuk klorofil dan karotenoid seperti fukoxantin dan diadinoxantin. Chrysophyta memiliki klorofil A dan C dan klorofil tersebut tersimpan didalam kloroplas yang berbentuk cakram atau lembaran.

Susunan tubuh:

· Xantophyceae ada 3 bentuk, yaitu berbentuk sel tunggal (botrydiopsis), berbentuk filamen (tribonema), berbentuk tubular/tidak terbatas (vaucheria).

· Chrysophyceae ada 2 bentuk, yaitu berbentuk sel tunggal (ochroi), berbentuk koloni (synura d).

· Bacillariophyceae: berbentuk sel tunggal dan berbentuk koloni dengan bentuk tubuh simetri bilateral (pennales) dan simetri radial (centrales).

Cadangan Makanan

Cadangan makanan pada Chrysophyta berupa tepung krisolaminarin. Dan bahan simpanan utamanya adalah minyak dan krisolaminarin (leukosin) dan kanjinya tidak menimbun.

Struktur Sel

· Dinding sel

Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel. Bila ada dinding selnya maka terdiri dari lorika (ex.Dinobryon dan kephryon). Atau tersusun dari lempengan silicon (ex. Sinura dan mallomonas) atau tersusun dari cakram kalsium karbonat (ex. Syracospoera). Struktur selnya tidak mempunyai dinding selulosa dan membrannya menunjukkan kewujudan silica.

· Isi sel

> Xantophyceae

Terdapat inti sel: berentuk tunggal dan berbentuk banyak inti. Terdapat plastid berbentuk cakram tanpa pienoid. Pigmen : klorofil a dan b, β karoten, xantofil.

> Chrysophyceae

Berinti tunggal, plastida terdiri dari 1 atau 2, pigmen berupa klorofil a, b, c, β karotin, xantofil, berupa lutein, diadinoxantin, fukoxantin dan dinoxantin.

> Bacillariophyceae

Berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen berupa klorofil a dan c, β karotin, xantofil.

· Kloroplas

Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan. Chrysophyta menunjukkan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloroplas (girdle lamina). Kloroplas terdiri dari dua membrane (CER), jarak periplastida antara dua kloroplas dan retikulumendoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur.

· Ribosom

Ribosom pada Chrysophyta terdapat pada permukaan luar CER.

· Alat gerak

Chrysophyta memiliki alat gerak yang terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak sama tiap marga (struktur dasar flagel pada alga mirip dengan flagel pada mahluk hidup lain. Susunan benang flagel menunjukkan pola 9+2 dengan tipe akronematik (whiplash) dan pantonematik (tinsei). Contoh: synura dan syracospaera mempunyai 2 flagel yang sama panjangnya, dinobryon dan ocromonas, mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya, chrysamoeba, memiliki 1 flagel. Kedudukan dan keadaan flagelumnya berbeda, selnya boleh menjadi uniflagerum atau biflagerum. Jika biflagelat, flagelumnya mungkin sama panjang atau tidak. Tingkat flagenta yang paling tinggi yaitu heterokontois. Susunan tubuhnya ada yang berbentuk sel tunggal dan berbentuk koloni. Sel heterokontous mempunyai 2 flagel yaitu flagel licin dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris.

· Vakuola kontraktil

Terdapat satu atau dua fakuola kontraktil dalam sel (tergantung pada spesies) yang terletak dekat dasar dari flagel. Masing-masing fakuola kontrakil terdiri atas vesikel kecil yang berdenyut dengan interfal yang teratur, mengeluarkan isinya dari sel. Fakuola kontraktil yang terdapat pada alga yang berflagel fungsi utamanya adalah osmoregulator.

· Badan Golgi

Badan golgi terletak di antara inti dan kontraltil fakuola. Badan golgi adalah organela yang terdapat pada sel eukariotik, baik hewan maupun tumbuhan yang strukturnya terdiri dari tumpukan fesikel bentuk cakram atau kantung.

· Nukleus

Nukleus dan kloroplas dihubungkan oleh membran kloroplas ER yang mana berhubungan dengan pembungkus inti.

Perkembangbiakan

Secara umum perkembangbiakan pada Chrysophyta terjadi secara generatif dan vegetatif. Dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi terjadi menjadi 2 macam yaitu: 1). Koloni memisah menjadi 2 atau lebih (sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru). 2). Sporik dengan membentuk 2 oospora (untuk sel yang tidak berflogel) dan statospora (tipe spora yang unik yang ditemukan pada Chrysophyta, dengan bentuk speris dan bulat, dinding spora bersilla, tersusun atas 2 bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau pore ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin).

· Perkembangbiakan Xantophyceae dengan cara vegetatif yaitu pembelahan sel dan fragmentasi secara sporik, dengan pembentukan zoopora misalnya tribonema. Dengan cara pembentukan aplanospora contohnya botrydium, secara gametik dengan oogamet contoh vaucheria dan isogamete contohnya adalah botrydium.

· Perkembangbiakan Chrysophyceae yang dilakukan scara vegetative dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi ada dua macam yaitu:
a) Koloni memisah menjadi 2 bagian atau lebih. Sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru. b) sporik dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak berflagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada crysophyta, khususnya pada kelas chrysophyceae dengan membentuk speris dan bulat. Dinding spora bersilia tersusun atas 2 bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau poredan ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin. Beberapa spesies bentuk statosporanya bermacam-macam, yaitu: ada yang berdinding halus, berornamen, dan berduri ketiga bentuk tersebut dapat diketemukan pada genus yang non motil. Contohnya : chysomonadales. Pada genus yang motil statospora yang diketemukan berada pada fase istirahat, yaitu: flagel tertarik kedalam dan membentuk bagian yang sperik atau bulat selanjutnya flagel mengalami diferensiasi internal dari protoplasma yang sperik. Yang terpisah hanya bagian membran plasma dari bagian periferi protoplasma asli. Kemudian sekresi dari dinding antara dua membran plasma yang baru terbentuk, kecuali daerah sirkuler, nantinya akan membentuk lubang.

· Perkembangbiakan Bacillariophyceae ssecara vegetatif dengan cara pembelahan sel, dan secara gametik dengan membentuk auxospora, dengan cara: partegenesis, pedogami, konjugasi isogami, konjugasi anisogami, autogami dan oogami.

Alga ini digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae), Kelas alga keemasan (Chrysophyceae), Kelas Diatom (Bacillariophyceae).

a. Xanthophyceae

Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic. Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru. Banyak genus ini yang saprofitik ialah Chloromoeba artinya amoeba yang berwarna hijau, dapat bergerak seperti amoeba biasa (protozoa) dan menangkap makanan dari lingkungannya. Stadia generatif seperti zoospora mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjang dan bentuknya ada 2 macam, yaitu tinsel-type yang pada flagelnya ada rambut halus dan whiplash-type yang bentuknya seperti cambuk. Jenis Botryococcus hanya mempunyai 1 spesies yaitu Botryococcus braunii Kutz, merupakan kosmopolit, termasuk ordo Heterocapsinae dari kelas Xantophyceae. Spesies ini tidak menguntungkan bagi ikan, karena sukar dicerna.

b. Chrysophyceae

Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura. Genus-genus yang mempunyai peranan penting ialah Coccolith spp., Synura spp., Chrysamoeba. Genus Coccolith berukuran sangat kecil (0,5 mm), berdinding kapur, dan dapat ditemukan sebagai tanah kokolit yang tebal pada dasar laut yang tidak begitu dalam, sebagai makanan ikan tidak begitu penting. Genus Synura merupakan koloni kecil yang terdiri dari sel-sel yang berflagel. Genus Chrysamoeba, bentuknya seperti Amoeba yang mempunyai sedikit klorofil dan hidup seperti Amoeba biasa, dapat mengambil makanan seperti Rhizopoda, tetapi cara hidupnya seperti spesies-spesies yang holofitik, jadi menurut sistematika tetap suatu saprofitik tipe dari Chrysophyceae.

c. Bacillariophycae (Diatomae)

Diatomae banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got atau parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Diatom sebagai plankton mempunyai peranan penting untuk perikanan karena fitoplankton di laut terdiri atas diatom. Bacillariophycae berarti bentuknya seperti batang (bacil). Tapi ada juga yang bentuknya tidak seperti batang, yaitu Surirella dan Biddulphia.

Habitatnya di dalam air sebagai fitoplankton, pada dasar perairan (yang masih dapat disinari) sebagai bentos atau menempel pada benda lain (hidup atau mati) sebagai perifiton. Dinding-dindingnya sangat keras dan tidak dapat membusuk atau larut dalam air, tetapi karena strukturnya poreus, dan terdiri dari tutup dan wadah yang membuka, amka enzim-enzim dapat melarutkan isi-isi sel diatom. Dindingnya juga tidak diliputi oleh lendir yang tebal. Diatom dimakan oleh ikan-ikan yang baru menetas dan juga oleh zooplankton seperti Calanus.

Pada umumnya, mendeterminasi diatom air laut agak lebih mudah daripada diatom air tawar, karena diatom air laut mempunyai setae yang spesifik bentuknya, sedangkan diatom air tawar harus melihat sculpture pada dinding-dindingnya. Navicula, spesies yang paling sederhana bentuknya kira-kira ada 100 spesies, tiap spesies ditentukan oleh faktor panjang-lebar dan macam-macam garis yang ada pada tutupnya (raphe side) atau sculpture yang ada di sisinya (lateral side atau girdle side). Navicula selalu terlihat mirip dengan bentuk perahu.

Terjadinya tanah diatom sebagai plankton di laut dan danau jika mati atau keluar dari tubuh segala macam konsumen akan mengendap di dasar laut atau danau dan berada di sana sampai jutaan tahun tanpa membusuk atau berubah struktur dindingnya. Dinding diatom mengandung 100% silikat, sehingga tidak dapat hancur atau busuk.

Tanah diatom yang sudah tua, warnanya putih dan bersih dari detritus. Jika warnanya keabu-abuan, berarti tanah diatom masih muda, di antara spesimen-spesimen masih banyak terdapat detritus, sehingga perlu dibersihkan dulu sebelum digunakan untuk keperluan industri. Kegunaan tanah diatom adalah:

a) Bahan-bahan bangunan seperti bata dan genteng.

b) Bahan isolator karena tahan panas, dipakai dalam industri listrik dan sebagainya.

c) Sebagai absorban untuk dinamit.

d) Sebagai bahan kimia (silikat murni).

e) Untuk bahan campuran tapal gigi dan sebagainya.

f) Sebagai medium filter untuk kolam renang, air minum, tangki ikan, bir, wine, sirup, gula, kertas, cat, keramik, sabun, dan deterjen.

g) Sebagai alat penggosok untuk pasta gigi, amplas, dan facial scrub.

h) Sebagai insektisida karena dapat menyerap lemak lapisan terluar yang mengandung lilin dari eksoskeleton serangga.

i) Sebagai bahan hidroponik, pengganti tanah atau campurannya.

Diatom berkembang biak melalui pembelahan diri dan konjugasi. Pada proses pembelahan diri, sesudah intinya menjadi dua tutup dan wadahnya mulai berpisah masing-masing membawa spora dari protoplasma. Sesudah itu masing-masing belahan membuat dinding baru begitu rupa sehingga dinding yang baru dibuat menjadi wadah-wadahnya. Dengan cara membelah diri ini, maka ada spesimen-spesimen baru yang besarnya selalu sama dengan induknya, akan tetapi ada spesimen-spesimen yang menjadi lebih kecil sampai ukuran terbatas. Spesimen-spesimen yang mencapai ukuran terkecil ini harus mengadakan konjugasi. Gumpalan protoplasma dari hasil bercampurnya 2 protoplasma ini membesar sampai ukuran protoplasma dari induknya semula dan sesudah itu protoplasma ini membuat hipoteka dan epiteka dengan ukuran-ukuran yang sama dengan induknya tadi.

Genus diatom yang penting darat, Surirella mempunyai sculpture yang indah, merupakan spesimen diatom air tawar yang terbesar. Ada spesies-spesies yang hidup sebagai plankton dan ada spesies-spesies yang merupakan bentos. Genus Gyrosigma dan Pleurosigma sering ditemukan sebagai bentos si tambang-tambang yang sudah dikeringakn dan diberi air untuk pertama kali.

Diatom dibagi menjadi 2 ordo:

1. Pennales

Subordo:

1) Araphidinae

Tidak mempunyai raphe.

Famili Fragilariaceae

Genus Fragilaria, Tabellaria

2) Raphidiodineae

Raphe rudimen pada ujung valve.

Famili Eunotiaceae

Genus Eunotia

3) Monoraphidineae

Raphe pada salah satu valve yang tidak ada raphe.

Famili Achnathaceae

Genus Achnanthes, Coconeis

4) Biraphidineae

Raphe pada kedua valve.

Famili Naviculaceae

Genus Navicula

Famili:

1) Epithemiaceae

Genus Epithemium

2) Nitzschiaceae

Genus Nitzschia

3) Surirellaceae

Genus Surirella

Sebagian besar hidup di air tawar sebagai plankton, perifiton, atau bentos. Tutup dan wadahnya ada raphe yaitu suatu lubang yang memanjang dari ujung ke ujung sel, dimana lendir dari dalam sel dapat keluar. Tidak mempunyai setae (bentuk umunya simetri bilateral). Jika ada substrat, dapat bergerak maju dan mundur, khusunya golongan benthal, misalnya pada dasar kolam, sawah, dan sebagainya. Mempunyai bentuk agak panjang, uniseluler. Bentuk tutup dan wadahnya menjadi penentu dalam menentukan nama Latinnya.

Genus yang kosmopolitan ialah Navicula, Gomphonema, Cymbella, Cocconeus, Surirella, Eunotia, Pinnularia, Phopaloidea, Nitzschia, Epithemia, Asterionella, Synedra, Gyrosigma, Pleurosigma, dan lain-lain. Jenis-jenis Pleurosigma dan Gyrosigma bentuk raphe sidenya hampir sama yaitu sigmoid (seperti bentuk huruf S) tetapi sculpturenya berlainan. Pada Gyrosigma garis-garisnya memotong dalam siku-siku 90o, sedangkan pada Pleurosigma garis-garisnya tidak memotong dalam siku-siku 90o.

2. Centrales

Famili:

1) Coscinodiscaceae

Genus Coscinodiscus, Melosira, Skeletonema

2) Actinodiscaceae

Genus Actinodiscus, Stictodiscus

3) Soleniaceae

Genus Rhizosolenia, Lauderia

4) Chaetoceraceae

Genus Chaetoceros

5) Biddulphiaceae

Genus Biddulphia, Lithodesmium

Tidak mempunyai raphe dan bentuk tutup serta wadahnya agak bundar seperti lingkaran dan ada gambaran-gambaran atau struktur yang sifatnya sentrik. Sebagian besar hidup di laut sebagaiplankton, jika harus melayang maka sel-sel bergandengan merupakan koloni, dan mempunyai bentuk sentae yang beraneka macam, panjang dan berduri, agar mudah melayang. Diatom ini biasanya berwarna agak kuning coklat karenabanyak mengandung carotene dan xantofil.

Genus yang kosmopolitan ialah Chaetoceros, Eucampia, Skeletonema, Nitzschia, Gyrosigma, Rhizosolenia, Biddulphia, Dytilum, Stephanodiscus, Coscinodiscus, Melosira, Bacteriastrum, dan Thalassiothrix. Bentuk Coscinodiscus seperti petri dish, dan pada wadah serta tutupnya terdapat sculpture yang beraneka warna dan berguna untuk menentukan nama Latinnya (determinasi).

Difusi dan Osmosis










Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida. Gambar di atas menunjukkan perpindahan konsentrasi larutan yang lebih tinggi ke konsentrasi larutan yang lebih rendah sampai terjadi keseimbangan dinamis.


Osmosis adalah peristiwa perpindahan massa dari lokasi dengan potensi solvent tinggi, menuju lokasi berpotensi solvent rendah, melalui membran semi-permeable. Umumnya yang disebut sebagai solvent di sini adalah air. Prinsip osmosis: transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Atau dengan kata lain, pelarut berpindah dari daerah berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke daerah berkonsentrasi tinggi (hipertonik) sehingga terjadi keseimbangan dinamis. Proses ini terjadi secara alami sehingga tidak membutuhkan energi.

Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi.

Contoh:
1.
Masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan merupakan proses osmosis. Air dalam tanah memiliki kandungan solvent lebih besar (hypotonic) dibanding dalam pembuluh, sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.
2.
Jika sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic (solut tinggi atau solvent rendah), maka sel akan menyusut (ter-plasmolisis) karena cairan sel keluar menuju larutan hypertonic.
3. Ikan air tawar yang ditempatkan di air laut akan mengalami penyusutan volume tubuh.
4. Air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga minum air laut justru menyebabkan dehidrasi.
5. Kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami penyusutan.

Gambar di atas menunjukkan perpindahan konsentrasi larutan yang lebih rendah ke konsentrasi larutan yang lebih tinggi sehingga terjadi keseimbangan dinamis.